Minggu, 12 November 2017

ISLAM INDONESIA DALAM BIDIKAN “SALAFY”


Oleh : Syarif Amien[1]
Pendar-pendar cahaya dalam ruang dengan nuansa akrab diskusi ilmiah menaungi ruangan ini, sementara pedang dan mesiu masih bertebaran di sebrang sana dengan jumlah korban yang kian memilukan. Disini, di negeri ini kita masih bisa bersenda gurau dan asyik-ma’syuk berdiskusi ilmiah penuh gairah, disana, “dinegeri antah berantah” pedang, tembakan dan bom mesiu masih terus menebar tanpa ada jera hingga darah mengalir lelah. Gerakan radikalisme, ekstrimisme, teorisme dan segala isme kekejaman lainnya belum jera dan kerapkali mengusik keberagaman dan keberagamaan kita.
Peradaban Islam (Akan Kembali) Bangkit di Indonesia
Indonesia dengan kekayaan yang lebih dari cukup untuk memberi kebutuhan masyarakatnya yang merupakan Negara dengan jumlah warga yang banyak, tetapi, kekayaan tersebut tidak akan cukup bagi oknum yang korup. Dalam pada itu, refleksi religiusitas secara akademis di Indonesia tumbuh dengan subur, secara geografis, diantara Negara ASEAN, kaum intelektual Indonesia mewarnai gelantika pemikiran di Negara lain. Pluralitas pemikiran keagamaan dan refleksi-ekspresif keberagamaan umat islam di Indonesia tidak bisa dinafikan. NU, Muhammadiyah, Persis, al Irsyad dan ormas sosial-agama lainnya -begitu akrab secara general- di berbagai pelosok tanah air, bahkan, kerukunan antar umat beragama tidak jarang ditemukan diberbagai daerah. Pemuka agama (baca:Ulama) sangat menyadari pluralitas ini.
Islam sebagai Agama yang selalu relevan dengan setiap waktu dan segenap sudut tempat. Islam adalah agama dengan penuh kasih sayang. Islam merupaka agama samawi yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai luhur kemanusiaan (Syariat Basyariyyah). Islam datang ke pulau Nusantara dengan begitu ramah-tamah. Tidak berbenturan dengan budaya kearifan lokal. Gus Dur pernah bertanya sebagai sindiran kepada bangsa Indonesia terkait hal ini. “kita itu sebetulnya orang indonesia yang kebetulan beragama Islam atau orang Islam yang kebetulan tinggal di Indonesia?”. Dalam gramatika bahasa arab, pertanyaan tersebut merupakan “istifham taqriry[2]. Islam Indonesia bukanlah copy-paste Islam Arab atau Mesir. Bukan Islam Turki atau Afrika.
Geliat pemikiran akademis yang begitu dinamis ditambah kerukunan umat pluralitas internal dan pluralitas eksternal umat islam begitu kentara di Indonesia menjadikan Indonesia begitu menarik sekaligus unik, hal lain yang menjadikan Indonesia begitu mengasyikan adalah kondisi psiko-sosial masyarakat yang “open” kepada “the other”. Hal ini berbeda dengan kondisi timur tengah yang Beragama islam namun penuh konflik.
Alur narasi tersebut (setelah berdiskusi dengan banyak pihak) menjadikan saya berkeyakinan Indonesia akan menjadi poros kiblat umat Islam dunia. Hal ini tidak mustahil mengingat tema muktamar NU kemaren menjadi isu global dunia, ‘islam nusantara’. Tetapi, hal ini tidak berjalan mulus secara abracadabra, salah satu tantangannya adalah radikalisme, Ekstrimisme, terorisme dan segala bentuk kekerasan lainnya atau merka yang menyebut gerakannya sebagai gerakan dakwah salafi.
Melacak Akar Genealogi Gerakan Salafy : Telaah Historis
Bermula dari perang salib, perang yang berkecamuk pada abad tengah tersebut berlangsung bertahun-tahun dengan strategi, jumlah pasukan, budgeting yang tidak sembarangan. Perang yang menyebabkan dunia barat menanggung beban yang teramat berat, terutama bagi bangsa Aria yang mempunyai strata gengsi tinggi. Hal ini menimbulkan dendam kesumat yang teramat sangat bagi ‘barat’. Maka kemudian. Untuk merealisasikan dendam tersebut, ‘barat’ membentuk tim untuk mencari tau sumber kekuatan umat islam[3]. Tim ini yang dikemudian hari dikenal Orientalis[4].
Tim pencari fakta tersebut kemudian mempelajari islam dengan begitu giat dan gairah yang kuat. Sehingga kemudian melaporkan hasilnya dalam bentuk narasi, sebagai berikut
a.       Kekuatan umat islam bersumber dari kekuatan spiritual dan keyakinan bahwa mati syahid adalah pintu gerbang menuju ridho Allah
b.      Kekuatan dzikir untuk memohon kekuatan dan perlindungan kepada Allah swt
c.       Sebelum berangkat berperang, umat islam berziarah kepada Rasulullah, Syuhada atau para Wali
d.      Untuk memompa dan memelihara kekuatan umat islam, maka Salahuddin membaca manaqib rasulullah dan para sahabat[5]
Point penting tersebut mendapat tanggapan serius dari ‘barat’ sehingga pada peperangan episode selanjutnya, pasukan barat membawa salib keramat untuk memompa semangat pasukan. Namun, realita tidak sesuai ekspektasi, pasukan barat tetap terpukul mundur, kalah. Bahkan salib yang dikeramatkan tersebut dibakar[6]. Orientalis kemudian merekomendasikan hal lain untuk membalas dendam kesumatnya, yaitu dengan cara menjauhkan umat islam dari dasar-dasar keyakinan beragamanya. Hal ini kemudian diamini oleh Raja Friedrick dengan melakukan langkah-langkah 1) minta bantuan umat yahudi[7] dan 2) mencari orang islam yang dibayar dengan apapun.
Untuk menjalankan langkah pertama tidaklah susah karena pada saat itu, yahudi sedang mencari dukungan para pemimpin eropa untuk mewujudkan cita-citanya kembali ke palestina, yang tidak di izinkan oleh Sultan Abdul Hamid II dari kekhalifahan Turki Utsmani. Hingga suatu saat, untuk menjalankan langkah yang kedua, seorang kapten angkatan perang the british army sekaligus Arkeolog dari Inggris bernama Thomas Adward Larence, sebagai Arkeolog, Lawrence bisa berkelana kemanapun, tujuan yang hendak dilangkahkan adalah Kota Suci Arab, titik sentrum, sumber keramat Umat Islam. Sebelum menginjakkan kaki di kota suci tersebut, Lawrence singgah di Kuwait dan menjalin kemitraan dengan keluarga besar Assabah melanjutkan tugas Hempher yang dipersiapkan inggris untuk menjadi kakinya di Timur Tengah.
Sementara itu, wilayah Hijaz yang dalam penguasaan Gubernur Mesir Ali Basya, mendapat tugas dari Sultan Abdul Hamid II untuk meredam pemberontakan kelompok badui yang dipimpin Ibnu Su’ud hingga Ibnu Su’ud terdesak dan menjalani kehidupan dengan miskin papa dan terhina. Ibnu Su’ud meminta bantuan keluarga assabah dan kemudian dikenalkan dengan Lawrence. Darisinilah koalisi gerakan puritanisme berawal.
Ibnu Su’ud berambisi untuk menguasai Hijaz, Lawrence memiliki misi mencari orang islam yang siap dibayar untuk “menggerogoti” islam dari dalam. Kerjasama kemitraan terjalin. Ibnu Su’ud menyodorkan kitab karya mertuanya, Muhammad Ibn Abdul Wahab, sebagai media propaganda. Lawrence meminta persetujuan atasannya, jendral Allenby yang berkedudukan di Mesir, ia pun menyutujuinya. Lalu, terjadilah apa yang terjadi. Wilayah hijaz berubah menjadi Arab Su’udy yang kemudian menjadi Arab Saudi dengan madzhab resmi Wahabi[8].
Semenjak itu, berbagai halaqoh ilmiah ala sunni mendapat perlakuan destruktif, sejarah mencatat, untuk memuluskan langkahnya menjadikan Wahabi sebagai madzhab resmi Negara, kurang lebih 300 ulama mengalami inskuisisi secara massif. Hal ini mengingatkan kita akan kekejaman tentara mongol ketika melululantahkan dinasti Abbasiyah, juga ketika Spanyol mengalami degradasi sinar keislaman hingga kemudian hengkang dari Bumi Andalus tersebut.
Counter-Akademic Terhadap Gerakan Wahabi
Muhammad ibn Abdul Wahab, yang merupakan the founding father madzhab wahabi pernah berguru pada Syekh Muhammad Hayat Sindi, Syekh Sulaiman Kurdi dan ulama besar lainnya. Namun, pemikirannya yang liar tak terkendali membuatnya tidak mengakui madzhab melainkan mendirikan madzhab sendiri. Terlebih lagi, Syekh Sulaiman ibn Abdul Wahab yng merupakan saudara kandungnya menulis kitab yang berjudul Ashshowaiqul Ilahiyah fi Radd ala al Wahaby, sebagai counter terhadap apa yang diajarkan saudaranya yang ‘keblinger’. Dalam pada itu, ulama Nusantara, Syekh Faqih dari Maskumambang, gresik menulis kitab yang bernas untuk mencounter gerakan Wahabi, dengan judul “Annushush al Islamiyah fi Radd ala al Wahabiyyah”. Yang paling kontemporer, Sayyid al Muhaddis, Syekh Muhammad Alwy al Maliki, menulis kitab yang cukup menyita perhatian kalangan pesantren, berjudul “Mafahim Yajibu An Tushohhah”. Disamping itu, terdapat juga Kitab Syawahidul Haq karya Al-Allamah Al-Adib Al-Wali Abul Mahasin Yusuf Bin Ismail Bin Yusuf An-Nabhani (1265-1350 H). ulama yang sangat alim Lahir di palestina belajar pada ulama palestina lalu melanjutkan studi di Al Azhar dan menjadi Qodli di Beirut Lebanon, ada juga Kitab Khulasotul Kalam dan kitab Durorussaniyah karya Mufti Syafi’iyah di Mekkah al Mukarromah Syeh Ahmad Zaini Dahlan dilahirkan di Mekkah dan wafat di Madinah Al Munawwaroh.
Syekh Dr Sa’id Ramadhan al Buthy menulis satu kitab khusus yang mengcounter Wahabi, secara spesifik ditujukan kepada Syekh Al Albani (seorang ulama hadis, menurut Wahabi), berjudul ALla madzhabiyyah hiwa Akhtaru bid’ah, dengan makna “tidak bermadzhab adalah perkara paling bid’ah”, kitab tersebut sudah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “menamoar propaganda kembali pada Al Quran dan Hadits. Kitab ini pula yang menjadi salah satu alasan Wahabi untuk membinasakan Dr Said Al Buthy dengan cara bom bunuh diri ketika Dr Said memberikan pengajian tafsir rutin di masjid tahun 2013. Dr Sa’id pun lantas wafat, syahid di Mihrab indah.
Secara nalar akademis-intelektual, telah banyak kitab yang mengupas dan menelanjangi ajaran dan ideology gerakan Wahabi, namun, fenomena Wahabi bukan hanya wilayah teoritis-ilmiah, melainkan juga wilayah ekomoni-politik dan sosial. Gerakan Wahabi telah menanamkan benih-benih di Indonesia dengan beragam metode, seperti melalui radio, internet, media massa, penerbit buku hingga melalui instantsi pendidikan. Segala lini gerak kehidupan modern dirambah dan dijamah oleh gerakan wahabi. Hal ini tidak mengherankan lantaran gerakan wahabi di danai secara massif oleh Arab Saudi. Begitu mengejutkan ketika kitab karya ulama sunni pun tak luput dari upaya penyemaian Wahabi[9].
Pesantren : Kawah Candradimuka Islam Ramah
Pondok pesantren, sebagaimana statement Cak Nur, merupakan lembaga pendidikan yang Indigenous, dalam arti, lembaga pendidikan produk asli Nusantara. Lebih jauh, Cak Nur berpendapat, andaikan Indonesia tidak mengalami masa penjajahan, niscaya tidak aka nada Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas lainnya, melainkan yang ada adalah Universitas Jombang, Universitas Buntet Pesantren, Universitas Lirboyo dan pengembangan dari lembaga pendidikan Pesantren. Manarul Hidayat[10], berpendapat bahwa pesantren adalah solusi alternative pendidikan Indonesia dengan catatan melalui management yang kontekstual.
Konsep ta’dzim kepada Guru, konsep Barokah dan konsep kesederhanaan yang didasari oleh lelaku tirakat a la tasawuf menjadikan santri sebagai generasi haamilul ilmi yang arif dan bijaksana. Sikap laku lampah santri, unggah ungguh yang lugu dan polos menjadikan santri rendah hati, namun berani menyuarakan kebenaran. Akhlakul karimah inilah yang menjadikan landasan intelektual santri bagaikan cahaya lentera yang menerangi ditengah gelap gulita.
Pemahaman santri terhadap ilmu agama yang komprehensif dan kontekstual menjadikan sikap ilmiah santri mampu up to date dalam berbagai kondisi. Mulai dari cabang ilmu nahwu hingga ilmu tasawuf. Pemahaman yang komprehensif dan kontekstual menjadi urgen saat ini ditengah kondisi religiusitas wilayah kota yang kerap menyuguhkan parody agama sebagai ceremony an sich. Dalam beberapa hal, konsep fiqh harus senantiasa dinamis dan up to date dan kekinian. Hal ini seirama dengan kaidah fiqh “perubahan hukum dan perbedaannya mengikuti perubahan situasi, kondisi, niat dan tradisi”[11]. Beberapa konsep muamalah, seharusnya menjadi ide-inspirasi untuk mengembangkan dunia ekonomi islam, bukan untuk klaim ilmiah ketika dunia barat menemukan konsep yang memukau, kita dengan gagap dan keburu-buru menyatakan bahwa sebetulnya hal tersebut telah ada dalam syariat islam. Tidak hanya ajang debat kusir dalam forum bergengsi. Melainkan fiqh harus menjadi solusi dari problematika di masyarakat, hal ini yang senantiasa di gelorakan oleh KH Sahal Mahfudz, dengan “Fiqh Sosial”nya[12].
Takbiratul Ihram, menggunakan lafadz Allahu Akbar, biasa diterjemahkan Allah maha besar. dalam terminology ilmu gramatika bahasa Arab, lafadz “akbaru” merupakan bentuk dari shighat mubalaghoh, yaitu wazan yang menunjukkan makna sangat, maha, sesuatu yang lebih dan lain sebagainya[13]. Ini berarti bahwa ‘Allah lebih Besar’, dari apa? Dari segala sesuatu termasuk yang kita bayangkan. Ini sejalan dengan dawuh Imam al Qusyaeri yang mengatakan “wa kullu maa tashowwaro fi khoyaalika fa Allahu bikhilaafi dzalika” artinya, segala sesuatu yang engkau prasangka dan engkau duga terkait Allah, ternyata Allah tidak begitu”[14]. ini menyadarkan dan membangunkan setiap muslim yang hendak sholat bahwasanya ia sedang menghadap ‘sang hyang agung’, dzat Tuhan yang maha segalanya. Dari sini, maka muncul sifat rendah hati dan segala keindahan akhlak hati yang lainnya. Sampai disini, saya sendiri, merasa bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia kembali ke dalam wadah arus dunia sufi, sehingga Indonesia tidak tercerabut dari akar budaya bangsa yang telah berpuluh-puluh ribu tahun lalu digagas oleh para wali sanga. Dan pesantren, tempat saya berpijak. Perlu menyadarkan diri untuk tidak terlalu sibuk dengan gaya berfikir eksoterik (fiqh-ushulfiqh) seraya mengacuhkan dunia tasawuf (aspek esoteris).
Tasawuf tidak serta merta menjadikan diri menyendiri dalam ruang sendu rindu pada Tuhan dengan mengesampingkan aspek sosio-kultural, tasawuf memberikan surplus intrinsic dalam jiwa secara psikis sehingga “meringankan beban” dari segala hal yang berkorelasi dengan selain Allah. Hal ini menjadikan tasawuf senantiasa dinamis dan sufi adalah “anak zaman[15], manusia kontekstual yang mengerti dan biijaksana terhadap masyarakat serta segenap problematika yang melingkupinya[16]. Dari sinilah, pesantren merupakan jawaban dari beberapa jawaban yang dinantikan.
So What ?!
Indonesia adalah Negara besar, Negara dengan jumlah penduduk mayoritass muslim terbesar di dunia, kuantitas ini merupakan sesuatu yang potensial, ditambah dengan beberapa decade ke depan, Indonesia mengalami bonus demografi. Beberapa “anugerah” tersebut perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan, lantaran tantangan yang dihadapi sangat besar.
Wahabi hanyalah salah satu dari beragam tantangan yang dihadapi, masih banyak tantangan-tantangan lain yang menunggu untuk diselesaikan. QS al Insyirah mengingatkan kita, “ketika engkau selesai, maka kerjakan yang lainnya”.
dan bukankah hidup adalah tantangan itu sendiri ?
tabik !
         Wa Allahu A’lam Bi Showwab.........


Mengenang hari pahlawan.
Islam Indonesia-NU
Subang, November, 2017




[1]  Wakil Direktur Panatagama Islamic School Subang, alumni Pondok Buntet Pesantren.
[2]  Suatu bentuk pertanyaan yang menegaskan suatu pernyataan.
[3] Tim ini dibentuk oleh Ratu Issabela dibantu oleh Raja Friedrick.
[4]  Seperti Ignaz Goldziher, Vander Vlas, Snouck Hourgounhe dan lain sebagainya.
[5]  Dalam versi ini, perayaan mauled nabi pertama kali di adakan pada masa Salahudin al Ayyubi, namun, versi yang lain, seperti dalm kitab I’anatutholibin ada versi yang menyatakan bahwa yang pertama kali merayakan mauled nabi adalah raja Abdul malik al Mudzoffar, seorang penguasa Moushul, Irak. Baca  I’anatutholibin Syarah fathul Mu’in.
[6]  Ini yang menjadikan peperangan ini terkenal dengan sebutan perang salib.
[7]  Karena telah menjadi masyhur perseteruan kaum Yahudi dan Umat islam sebagaimana QS al Baqarah 99.
[8]  Narasi cerita ini dikutip secara ringkas dari BUku “Pembaruan Islam : Tajdid, Ungkapan Cinta Atau Mutilasi Ajaran Islam” karya Wari Maulana. Wari menulis dari berbagai sumber sejarah.  Disebutkan juga, dari koalisi inilah kemudian, banyak intervensi asing di berbagai perusahaan Arab Saudi. Maka tidak heran, jika ajaran-ajaran Wahaby banyak yang secara substantive menjauhkan pemeluknya dari agama islam, dari Allah dan Rasulullah.
[9]  Salah satu buku yang cukup representative untuk menggambarkan bahwa Wahabi mulai mentahrif kitab-kitab ulama sunni adalah buku karya Syekh idahram yang diberi kata pengantar oleh KH Said aqiel Siradj, berjudul “mereka memalsukan kitab ulama salaf”. Mayoritas yang dijadikan obyek tahrif Wahabi adalah kitab-kitab yang membahas akidah. Tak jarang pula kitab tasawuf.
[10]  Alumni Pondok Buntet Pesantren, seorang ulama-muballigh Jakarta.
[11]  Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in, juz 3
[12] Tulisan kyai Sahal yang membahas metode Fiqh-sosial menjadi “sambutan” pada buku hasil muktamar NU dan juga pada buku “epistemologi fiqh-sosial kyai sahal” (kumpulan tulisan dari kalangan yang concern dan meneruskan pemikiran Kyai Sahal)
[13]  Untuk lebih rinci pembahassan shighat mubalaghoh, bisa dibaca di kitab Amtsilatutashrif atau yang lebih detail di kitab Syarah Ibnu Aqil.
[14]  Risalah al Qusyaeriyah, Imam al Qusyaeri.  Lihat juga buku teologi negative, karya Muhammad al Fayyadh. Hal ini pula yang menjadikan alasan orang Yahudi lebih memilih diam ketika menyebut Tuhan. Sehingga pandangan tentang Tuhan tidak rigid, melainkan fleksibel.
[15]  Lebih jauh, imam Al Qusyaeri mengatakan “shufi huwa ibnu waqtihi, laa launa lahu, launuhu launu inaa’ihi”, sufi adalah anak zaman, tak ada warna, warnanya adalah sama dengan warna wadahnya”. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya sufi adalah pribadi dinamis, tak terkungkung oleh dinding dalam dzikir, tak tersentuh oleh dinamika sosial-masyarakat., melainkan insan yang “the legend of change”.
[16]  Lebih lengkap, baca Disertasi KH Said Aqil, judul “Shilatullah fi al kaun inda tashawuf al falsafi”, Kang Said menjelaskan panjang lebar terkait zuhud secara spesifik, dengan eksplorasi yang kontekstual.
Share:

Selasa, 25 Juli 2017

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, baik bawahan maupun kelompok untuk bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan
Tipe kepemimpinan atau gaya kepemimpinan      :
  1. Tipe Otoriter (Otokratis, Dominator)
Dalam tipe ini, pemimpin bertindak diktaktor pada bawahannya. Cenderung melakukan pemaksaan dalam menggerakkan kelompoknya. Disini kewajiban dari bawahan adalah untuk mengikuti dan menjalankan perintah. Tak boleh ada saran dan bantahan dari bawahan. Mereka diharuskan patuh dan setia secara mutlak kepada pemimpinnya. Kendali penuh ada pada pemimpin (bersifat satu arah)
Contoh pemimpin diktaktor Adolf Hitler, Muammar Khadafi, Saddam Husein, Husni Mubarak dan lain-lain

Kelebihan       :
  • Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada bantahan dari bawahan
  • Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
  • Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan     :
  • Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
  • Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan tidak merasa nyaman
  • Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
  • Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan mengajukan pendapat.
  • Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang berlebihan
  • Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan dari atasan
  • Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya

  1. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin otoriter. Disini pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku seperti majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri. Pemimpin selalu memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau menerima masukan dan saran dari bawahannya.
Contoh pemimpin demokratis adalah John F Kennedy, Mahatma Gandhi dan lain-lain

Kelebihan       :
  • Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
  • Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
  • Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran
  • Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
  • Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
  • Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan
Kelemahan     :
  • Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara musyawarah
  • Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda
  • Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego masing-masing anggota tinggi

  1. Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik yang luar biasa untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila memiliki pengikut atau masa yang jumlahnya besar. Sifat kharismatik yang dimiliki adalah karunia dari tuhan. Pemimpin kharismatik bisa dilihat dari cara mereka berbicara, berjalan maupun bertindak.
            Contoh pemimpin kharismatik adalah Nelson Mandela, John F Kennedy, Martin Luther King, Soekarno dan lain-lain

Kelebihan       :
  • Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
  • Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
  • Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang berkharisma sehingga bisa dipercaya
  • Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin
Kelemahan     :
  • Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang beresiko
  • Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
  • Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten sulit

  1. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin ini memiliki sifat kebapakan, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi bawahannya. Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan
Contoh pemimpin paternalistik adalah seorang guru

Kelebihan       :
  • Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan
  • Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan
Kelemahan     :
  • Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan
  • Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap dirinya sudah melakukan yang benar
  • Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya

  1. Tipe Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik adalah tipe pemimpin yang memiliki disiplin tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya untuk melakukan perintah. Menggunakan pangkat dan jabatan dalam mempengaruhi bawahan untuk bertindak.
Contoh pemimpin militeristik adalah Soeharto

Kelebihan       :
  • Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil keputusan
  • Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
  • Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
Kelemahan     :
  • Suasana cenderung kaku karena lingkungan yang formal
  • Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan
  • Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak aturan dan sifat keras dari pemimpin

  1. Tipe Laissez-Faire
Dalam tipe ini, pemimpin tidak memberikan instruksi dan perintah, mereka membiarkan bawahannya untuk berbuat sekehendaknya. Tak ada kontrol dan koreksi. Tentu saja dalam kepemimpinan inisangatlah mudah terjadi kekacauan dan bentrokan. Pemimpin tak menjalankan perannya dengan baik

Kelebihan       :
  • Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki inisiatif
  • Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
  • Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
Kelemahan     :
  • Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
  • Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
  • Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang tepat dan dedikasi tinggi

  1. Tipe Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard (Situasional)
Ada empat tipe kepemimpinan           :
  1. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi 1 arah, pemimpin memberikan batasan peranan penngikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksankan berbagai tugas.
Kelebihan             :
  • Pemimpin memiliki sifat yang tegas dan cepat
  • Pemimpin memberikan pengarahan yang jelas untuk melaksanakan tugas
Kekurangan         :
  • Bawahan cenderung bersifat pasif karena keputusan diambil sepenuhnya oleh pemimpin
  • Bawahan merasa diawasi dengan ketat dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat menimbulkan ketakutan apabila melakukan kesalahan
 2. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai konsultasi karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah, dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
Kelebihan             :
  • Dalam pengambilan keputusan, bawahan masih turut terlibat
  • Suasana harmonis dan nyaman antara pemimpin dengan bawahan
  • Pemimpin memiliki kendali dalam pengawasan tugas sehingga bawahan tidak bisa seenaknya
Kekurangan         :
  • Pengambilan keputusan tidak bisa dilangsungkan dengan cepat
 3. Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya tiga ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Kelebihan             :
  • Bawahan turut serta dalam pengambilan keputusan
  • Pemimpin bersifat terbuka dalam pelaksanaan tugas
Kelemahan           :
  • Kontrol dalam pemecahan masalah dilakukan secara bergantian sehingga dapat menimbulkan ketidakcocokan pendapat.
    4. Perilaku pemimpin yang rendah pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai visi misi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.

Kelebihan             :
  • Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena pemimpin telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
  • Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil keputusan sendiri
  • Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas
Kelemahan           :
  • Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
Share:

Perbedaan Perkembangan Perubahan Organisasi Dan Sejarah Organisasi

Meskipun banyak sekali konsep – konsep mengenai pengembangan organisasi sekarang ini, yang mungkin akan saling tumpang tindih, barangkali definisi yang dikemukakan oleh Cummings (1996) akan membantu kita untuk dapat lebih memahami konsep pengembangan organisasi.
Menurut Cummings (1989), pengembangan organisasi adalah suatu aplikasi konsep atau teori dengan menggunakan suatu sistem di mana konsep-konsep ilmu pengetahuan digunakan untuk mengembangkan organisasi secara terencana dan dengan menggunakan semua strategi yang dimiliki organisasi untuk meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Selanjutnya, Cummings (1989) juga menyatakan bahwa konsep (ilmu pengetahuan) di dalam pengembangan organisasi itu pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang membedakan pengembangan organisasi dengan pendekatan lain dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja organisasi.
Sementara itu Tyagi (2000) mengajukan pendapatnya, bahwa pengembangan organisasi sebagai suatu usaha yang terencana, sistematis, terorganisasikan, dan lebih bersifat kolaboratif antara prinsip pengetahuan tentang perilaku dan teori organisasi dipadukan dan diaplikasikan (integreated and aplicated) guna meningkatkan kualitas kehidupan organisasi yang tercermin pada peningkatan kesehatan dan vitalitas organisasi. Pendapat Tyagi ini hampir sama dengan pendapat pakar organisasi yang lebih dulu disebutkan, hanya Tyagi lebih memfokuskan pada hasil (outcome) dari OD, yaitu intensitas komunikasi internal organisasi yang meningkat, kompetensi dan harga diri anggota kelompok yang semakin baik, dan adanya pengakuan dari masyarakat bahwa organisasi tersebut telah semakin baik dalam kinerjanya.
Yang dimaksud dengan proses perubahan suatu organisasi adalah tata cara untuk mencapai perubahan organisasi yang lebih baik dan lebih berkembang. Langkah tersebut terdiri dari :
  • Mengadakan Pengkajian: Dengan kita mengkaji ulang suatu sistem, kita dapat mengetahui apakah suatu organisasi tersbut dapat berjalan dengan baik atau tidak dengan memakai sistem yang lama. Jika tidak ada perubahan dalam organisasi tersebut kita dapat membuat suatu sistem yang lebih baik lagi. Perubahan yang terjadi di luar organisasi itu mencakup berbagai bidang, antara lain politik, ekonomi, teknologi, hukum, sosial budaya dan sebagainya. Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap organisasi, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak bersifat negatif apabila perubahan itu menjadi hambatan bagi kelancaran, perkembangan dan kemajuan organisasi. Dampak bersifat positif apabila perubahan itu dapat memperlancar kegiatan, perkembangan dan kemajuan organisasi atau dalam bentuk kesempatan-kesempatan baru yang tidak tersedia sebelumnya.
  • Mengadakan Identifikasi: Yang perlu diidentifikasi adalah dampak perubahan perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan organisasi harus diteliti secara cermat sehingga jelas permasalahannya dan dapat dipecahkan dengan tepat.
  • Menetapkan Perubahan: Sebelum langkah-langkah perubahan diambil, pimpinan organisasi harus yakin terlebih dahulu bahwa perubahan memang harus dilakukan, baik dalam rangka meningkatkan kemampuan organisasi maupun dalam rangka mempertahankan eksistensi serta pengembangan dan pertumbuhan organisasi selanjutnya.
  • Menentukan Strategi: Apabila pimpinan organisasi yakin bahwa perubahan benar-benar harus dilakukan maka pemimpin organisasi harus segera menyusun strategi untuk mewujudkannya.
  • Melakukan Evaluasi: Untuk mengetahui apakah hasil dari perubahan itu bersifat positif atau negatif, perlu dilakukan penilaian. Apabila hasil perubahan sesuai dengan harapan berarti berpengaruh postif terhadap organisasi, dan apabila sebaliknya berarti negatif.
2.4. Ciri – Ciri Pengembangan Organisasi

Suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  • Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
  • Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
  • Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
  • Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
  • Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
  • Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.

2.5. Metode Pengembangan Organisasi

Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan sikap.
  • Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survei.
Jaringan manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan : merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi tujuan.
Pembentukan Tim : Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survei : adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
  • Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi.
Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.
Latihan di tempat kerja : Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Latihan instruksi kerja : Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Method Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari)
Latihan di luar tempat kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.

Pada hakikatnya perubahan terkadang perlu terjadi didalam kehidupan berorganisasi. Perubahan perlu dilakukan dengan tujuan agar organisasi tersebut dapat berkembang lebih baik.
Dengan pengalaman yang dimiliki oleh suatu organisasi, mereka dapat menentukan tujuan – tujuan yang ingin dicapai ketika perubahan pada orgnasasi tersebut dilakukan.
Pengembangan organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan kemampuan organisasi dalam kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah, sehingga dapat mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi.
Oleh karena itu dibutuhkan perkembangan organisasi untuk mempertahankan kehidupan organisasi dalam menghadapi persaingan dan organisasi masa depan yang tidak terlalu mementingkan eksistensi sebuah organisasi.
Share: