Rabu, 29 April 2020

Tugas 7 Organisasi dan Metode Konflik: “ Antar Individu ”

Nama : Septian Ahmad Syadad
Kelas  : 4DB02
NPM  : 36116925
Tugas 7 Organisasi dan Metode
Konflik: “ Antar Individu ”
            Menjadi santri bukan hal istimewa bahkan hebat terutama bagi saya. Namun, hal itu membuat beban baru bagi seorang santri baik saat masih dalam pesantren atau  pun saat dalam lingkup masyarakat. Di tahun 2010 menjadi awal bagi saya dalam menempuh pendidikan pesantren. Banyak hal baru yang saya rasakan di sana karena saya terlahir di ibu kota dan harus beradaptasi dengan lingkungan pesantren. Adaptasi menjadi hal yang sangat sulit untuk saya lakukan bahkan saya butuh waktu tiga tahun untuk benar – benar beradaptasi di lingkungan pesantren. Banyak hal yang terjadi selama saya di pesantren seperti salah satu nya adalah saat saya memilih untuk lari dari pesantren dan memilih untuk tinggal di tengah kota Cirebon. Tindakan itu saya ambil karena sulit beradaptasi dan rasa egoisme yang tinggi hal itu menjadi konflik dalam hidup saya namun sangat di sayangkan adalah saya lebih memilih lari dari konflik itu. Pada akhirnya tindakan itu sangat membuat saya sadar bahwa lari dari masalah bukan hal yang tepat dan dari tidakan itu ada konsekuensi yang harus saya terima seperti rasa kecewa dari orang-orang terdekat saya dan saya harus di pindah kan ke pesantren yang lain nya.
            Konflik yang terjadi saat permulaan saya pesantren menjadi pelajaran berharga buat saya yang akhir  nya membangun karakter baru buat diri saya. Dimana hal itu membuat saya lebih bisa berfikir realistis dan belajar beradaptasi. Meskipun butuh waktu yang cukup lama agar benar-benar beradaptasi namun hal itu sangat membuat saya belajar banyak hal. Dari semua yang sudah saya pelajari dan saya mulai mempraktekan dengan ikut dalam kepengurusan di pesantren menjadi hal baru juga bagi saya. Yang akhirnya memunculkan konflik baru yaitu saya harus bisa mengayomi para santri agar dapat mengikuti kegiatan dengan baik dan membuat santri selalu nyaman di asrama.  Dalam konflik itu saya berusaha mengambil perpekstif yang berbeda yaitu saya berusaha memahami apa yang santri butuh kan dari situ belajar bahwa mendengar kan keluhan dari anggota menjadi hal penting dalam sebuah perkumpulan atau organisasi. Saya berusaha menjadi pengurus yang bukan hanya terpaku oleh peraturan namun juga berusaha jadi pengurus yang dapat memahami apa yang anggota butuh kan. Perbedaan karakter para santri juga menjadi hal yang sangat sulit untuk di pahami dan saya berusaha mencari metode agar dapat memahami perbedaan nya dan itu membuat saya bersikap untuk selalu netral dan mengedapan kan kebutuhan santri.
            Metode itu sangat berhasil yang akhirnya membuat para santri nyaman dan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Keputusan saya dalam hal itu membuat tahun terakhir saya di pesantren di tunjuk menjadi ketua asrama yang akhirnya akan melahirkan konflik baru. Itu menjadi sebuah beban berat tapi menjadi pelajaran berharga juga bagi saya. Karena semakin dewasa seseorang akan semakin besar tanggung jawab yang akan di pegang nya.

Share:

0 comments:

Posting Komentar